SEJARAH BUKAN TUHAN
(Himasa Dalam Pergulatan Ormada)
Oleh: Siful Arifin
Sejarah bukan kitab suci, membongkarnya, mengkritik atau menolaknya bukanlah sesuatu yang tabu, apalagi diharamkan. Sudah sejak lama sejarah dipelajari terima tanpa di konfirmasi apakah sejarah yang kita baca, kita dengar itu benar atau salah. kita jarang mengenal tentang siapa yang menuliskannya, dari perspektif mana penulis sejarah melakukan pencatatannya. Sekali lagi, sejarah bukan Tuhan, selama penulisnya bukan Tuhan atau orang suci seperti nabi maka sejarah terbuka untuk dikritik, di bongkar habis atau dibumi hanguskan sekalipun. Apa lagi kalau penulisnya adalah seorang yang pro status quo atau dari lingkaran penguasa tiran. Sejarah hanyalah konstruksi ingatan, dokumen, monumen, maka belum tentu, bahkan mustahil akan sama persis dengan faktanya. Oleh karena itu, sejarah HIMASA yang ditulis oleh tangan kotor ini tidak menutup kemungkinan untuk dikoreksi atau lebih baik adalah diperbaiki, karena penulis yakin bahwa masih banyak hal yang belum-atau banyak yang tidak tersimpan dalam memory otak- pikiran yang lemah dan bolotini, mungkin orang lain (pelaku sejarah berdirinya, dan peristiwa, latar belakang yang mendasari berdirinya Himasa) masih menyimpan peristiwa agung dalam memory suci yang mempunyai idealisme tinggi (mahasiswa).
Kapitalisme beserta “anak cicitnya” dengan leluasa memasuki kampung suci yang bernama “kemanusiaan”. Hedonisme-konsumerisme, paham yang seiman dengan kapitalisme juga agresif menanamkan benih-benih “persaingan” yang bermuara pada individualisme-etnosentrisme-egosentrisme. Era tanpa rasa, manusia sudah kehilangan rasa kemanusiaanya. meminjam istilahnya Thomas Hobbes era ini adalah era manusia memangsa manusia (Homo Homini Lupus), yang penting (I) NO YOU, NO THEM OR NO US. Menyadari akan hal itu, masyarakat sampang mulai sadar (di-kan), untuk bisa hidup di dunia Yang sudah menjadi “neraka” pendidikan menjadi pilihan untuk mendapatkan kehidupan yang layak bagi anak keturunannya pada masa yang akan datang. Ini terlihat dari semakin meningkatnya masyarakat sampang yang menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi. Dengan harapan kelak anak mereka dapat menjadi estafet keluarga yang dapat di andalkan. Mulai awal tahun 2000an sampai sekarang kurang lebih sudah ratusan mahasiswa yang berhasil menempuh studinya dari perguruan tinggi baik swasta maupun negeri.
Mahasiswa dengan segala label, agent social of change, agen of social control, iron stock yang melekat (di-kan) entah di mana-nya? di pundak, di leher, di sekujur tubuhnya (‘afwan) atau sebagai kerangka idealisme merupakan cermin dan harapan masyarakat untuk membangun bangsa dan negara kearah yang lebih baik dan maju. Dengan identitas yang dimilkinya mahasiswa diharapkan mampu mengaktualisasikannya dalam amal sholeh (good Will, action) sehingga mampu untuk mewujudkan kesejahteraan sosial (social walfare) dan melakukan Pembelaan advokasi terhadap masyarakat kecil (grass root), kaum dhu’afa (kaum yang lemah secara natural), atau kaum mustad’afin (kaum yang dilemahkan oleh struktur).
Menyadari akan tanggung jawab yang diembannya, mahasiswa yang berasal dari sampang khususnya yang menempuh Studi Strata Satu(S1)-nya di IAIN Surabaya mempunyai inisiatif untuk membentuk sebuah kumpulan, atau “bahasa gaulnya” “organisasi” hal ini di lakukan untuk melebarkan sayap intelektualnya dalam forum-forum kajian dan musyawarah dan belajar dengan “alam” di samping itu adanya oraganisasi diharapakan dapat melekatkan dan memperkokoh tali persaudaran, dan bisa menampung aspirasi mahasiswa dan keluh kesah masyarakat sampang.
Himpunan mahasiswa sampang (HIMASA ) Surabaya merupakan salah satu oraganisasi daerah (ORMADA) yang dibentuk oleh mahasiswa sampang yang ada di perguruan tinggi, IAIN Sunan Ampel Surabaya. melihat intensitas dan antusiasme masyarakat sampang yang semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, khususnya di IAIN, maka mahasiswa sampang yang lebih dulu menginjakkan kakinya di IAIN mempunyai inisiatif untuk membentuk sebuah komunitas atau organisasi sebagai sebuah wadah yang bisa meyatukan Mahasiswa Sampang. Organisasi ini diharapkan menjadi tempat aspirasi-aktualiasasi mahasiswa sampang.
HIMASA adalah nama dari organisasi mahasiswa Sampang yang ada di Surabaya. Organisasi ini Berpusat di IAIN sunan ampel Surabaya. Wadah ini berdiri secara independent dalam melakukan basis kegiatan, atas dasar kesamaan nasib dan seperjuangan dari daerah yang sama (Sampang) model ini sejalan dengan teori “ASHABIYAH”nya Ibnu Khaldun”yang digunakan untuk membentuk sebuah negara. Modal kesamaan yang disebutkan diatas menjadi dasar perjuangan dan semangat untuk bekerja secara kolektif dalam mewujudkan cita-cita dan konsensus yang telah disepakati.
Paradigma yang dibangun mulai dari perumusan sampai aktualisasi kedaerahan yaitu memformulasikan segala sektor yang mempunyai peran penting untuk mewujudkan Sampang yang mempunyai sumber daya manusia yang mempunyai nilai tawar tinggi dengan daerah yang lain. Think globally, act locall, berpikir global, bertindak local.
Organisasi ini berdiri pada Tanggal 29 MEI 2007, yang dipelopori oleh mahasiswa muda untuk melakukan Aufklarung (pencerahan) dari citra yang terpuruk menuju suatu perubahan secara berkesinambungan dalam melakukan kompetisi di daerah Sampang sampai dengan ranah global dari aspek cultural, struktural dan fungsional.
Himasa merupakan ORMADA paling muda berdirinya diantara ORMADA madura yang berasal dari kabupaten yang lain. HIMASA sebagai organisasi yang dibentuk oleh mahasiswa Sampang, sebenarnya merupakan metamorfosis nama dari organisasi sebelumnya yaitu GAMAS, (Gabungan Mahasiswa Sampang) yang bediri dan survive sekitar tahun 2000-2003 dan FKMS (Forum Komunikasi Mahasiswa Sampang) yang bertahan kurang lebih 2 tahun (2004-2006).
Setelah organisasi kedaerahan yang beranggotakan mahasiswa Sampang, berganti nama dengan nama HIMASA sampai sekarang ini, perjalanan oraganisasi ini bukan tanpa masalah. ketidak kompakan, kemalasan dalam berorganisasi, kenikmatan budaya santai telah meninabobokan mahasiswa sampang sehingga dua tahun dalam perjalanannya tidak ada kemajuan yang berarti. Dari awal dibentuknya HIMASA 2007-2009 HIMASA masih dipimpin oleh satu ketua yang sama dan ini tidak sejalan dengan ad/art yang ada dalam himasa. Maka karena kegundahan, dan ketimpangan yang terjadi ini sebagian mahasiswa sampang yang menjaga idealismenya mencoba untuk membongkar status quo ini. Hingga akhirnya menghasilkan MLB (musyawarah luar biasa) yang mengagendakan pemakzulan ketua dan akan dipilih ketua baru.
Perubahan dan ketidakkonsisten nama organisasi ini merupakan cermin akan dinamisnya pemikiran mahasiswa yang sering kali merasa tidak puas terhadap apa yang didapatkannya. Di samping itu (vested intrest), kepentingan diri dan golongan juga mewarnai perjalanan oraganisasi yang di bangun atas kesamaan daerah asal dan tempat kelahiran ini.
Menurut salah satu kader Himasa, Yusuf Efendi, mantan sekretaris Himasa, yang juga pernah mengenyam asam garam ketika FKMS masih aktif. Organisasi mahasiswa sampang tidak jarang dipolitisasi atau bahkan dieksploitasi oleh oknum-oknum tertentu yang mempunyai kepentingan sehingga image oraganisasi menjadi tercemar di kalangan mahasiswa maupun di mata masyarakat dan birokrasi sampang. Organisasi mahasiswa sampang ini juga sering dijadikan ajang pelajaran menjadi politisi oleh bebreapa kadernya, ini terlihat dari waktu pemeilihan ketua dan kudeta-kedeta yang dilakukan ketika seorang ketua dianggap tidak berhasil maka bersiaplah untuk diturunkan di tengah jalan melalui proses MLB. Kasus yang terakhir ini menurut penulis sudah lumrahdan bisa dimaklumi sebagaai proses pendewasaan.
Banyaknya gejolak yang terjadi pra-pasca berdirinya HIMASA, merupakan bentuk dinamika-dialektika dalam oraganisai setingkat mahasiswa yang sering merasa haus akan ilmu penegtahuan. berbagai tuntutan dari mahasiswa muda akan kekosongan waktu untuk melakukan aktivitas yang sifatnya konstruktif. Sebagian mahasiswa dari Sampang mulai melakukan rencana untuk menyatukan semua mahasiswa dari Sampang dalam bingkai kekuatan emosi yang utuh. Kegiatan itu disosialisasikan setiap hari agar bisa dijadikan sebuah rencana untuk membangun daerah Sampang dalam beberapa aspek. Tuntutan itu membuat mahasiswa muda dari Sampang dengan ide yang inovatif, berencana untuk mendirikan sebuah organisasi daerah (ORMADA) yang berorientasi kedaerahan seperti yang tealah dijelaskan di atas.
Pada tahun 2009 tahun yang ketiga dalam fase perjalanan Himasa, para anggota melalui (MUSTANG), Musyawarah Tahunan Anggota mengusulkan agar HIMASA menjadi organisasi yang menaungi seluruh mahasiswa yang tersebar di seluruh kampus di surabaya, hal ini disepakati dan menjadi aturan baru dalam aturan keoraganisasian HIMASA. Namun, alih-alih menjadi organisasi yang menaungi mahasiswa se surabaya malah mendapatkan tantangan dari kampus lain yang mulai berimprovisasi dan beroposisi dengan mendirikan oragnisasi lain.
Berselang satu tahun kemudian, usaha penyatuan mahasiswa se surabaya itu dirasa kurang efektif dan tidak menghasilkan kemajuan yang signifikan. Akhirnya, pada Mustang berikutnya HIMASA kembali ke khittah yaitu dengan memfokuskan jangkauannya di IAIN saja dan melakukan pengkaderannya dalam lingkup IAIN saja. Namun, walaupun demikian himasa tidak menutup diri bagi teman-teman mahasiswa yang ada di surabaya untuk menimba ilmu dan bergabung dengan HIMASA.
Demikianlah, sekilas tentang sejarah berdirinya dan perajalanan HIMASA sampai waktu terkahir ini, besar harapan senior dan kader himasa supaya Mahasiswa Sampang yang ada di IAIN mampu melanjutkan Estafet dan nilai-nilai perjuangan yang hampir memudar, namun karena semangat yang masih tersisa gerak langkah maju organisasi ini mulai terbaca baik di internal kader Himasa maupun oleh Ormada yang lain. Bukti nyatanya adalah dengan terus di adakannya (PKH) pelatihan kader himasa ini.
Verba valent scripta manen,
(Perkataan Akan Cepat Hilang, Sedangkan Tulisan Akan Tetap Abadi)
(Himasa Dalam Pergulatan Ormada)
Oleh: Siful Arifin
Sejarah bukan kitab suci, membongkarnya, mengkritik atau menolaknya bukanlah sesuatu yang tabu, apalagi diharamkan. Sudah sejak lama sejarah dipelajari terima tanpa di konfirmasi apakah sejarah yang kita baca, kita dengar itu benar atau salah. kita jarang mengenal tentang siapa yang menuliskannya, dari perspektif mana penulis sejarah melakukan pencatatannya. Sekali lagi, sejarah bukan Tuhan, selama penulisnya bukan Tuhan atau orang suci seperti nabi maka sejarah terbuka untuk dikritik, di bongkar habis atau dibumi hanguskan sekalipun. Apa lagi kalau penulisnya adalah seorang yang pro status quo atau dari lingkaran penguasa tiran. Sejarah hanyalah konstruksi ingatan, dokumen, monumen, maka belum tentu, bahkan mustahil akan sama persis dengan faktanya. Oleh karena itu, sejarah HIMASA yang ditulis oleh tangan kotor ini tidak menutup kemungkinan untuk dikoreksi atau lebih baik adalah diperbaiki, karena penulis yakin bahwa masih banyak hal yang belum-atau banyak yang tidak tersimpan dalam memory otak- pikiran yang lemah dan bolotini, mungkin orang lain (pelaku sejarah berdirinya, dan peristiwa, latar belakang yang mendasari berdirinya Himasa) masih menyimpan peristiwa agung dalam memory suci yang mempunyai idealisme tinggi (mahasiswa).
Kapitalisme beserta “anak cicitnya” dengan leluasa memasuki kampung suci yang bernama “kemanusiaan”. Hedonisme-konsumerisme, paham yang seiman dengan kapitalisme juga agresif menanamkan benih-benih “persaingan” yang bermuara pada individualisme-etnosentrisme-egosentrisme. Era tanpa rasa, manusia sudah kehilangan rasa kemanusiaanya. meminjam istilahnya Thomas Hobbes era ini adalah era manusia memangsa manusia (Homo Homini Lupus), yang penting (I) NO YOU, NO THEM OR NO US. Menyadari akan hal itu, masyarakat sampang mulai sadar (di-kan), untuk bisa hidup di dunia Yang sudah menjadi “neraka” pendidikan menjadi pilihan untuk mendapatkan kehidupan yang layak bagi anak keturunannya pada masa yang akan datang. Ini terlihat dari semakin meningkatnya masyarakat sampang yang menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi. Dengan harapan kelak anak mereka dapat menjadi estafet keluarga yang dapat di andalkan. Mulai awal tahun 2000an sampai sekarang kurang lebih sudah ratusan mahasiswa yang berhasil menempuh studinya dari perguruan tinggi baik swasta maupun negeri.
Mahasiswa dengan segala label, agent social of change, agen of social control, iron stock yang melekat (di-kan) entah di mana-nya? di pundak, di leher, di sekujur tubuhnya (‘afwan) atau sebagai kerangka idealisme merupakan cermin dan harapan masyarakat untuk membangun bangsa dan negara kearah yang lebih baik dan maju. Dengan identitas yang dimilkinya mahasiswa diharapkan mampu mengaktualisasikannya dalam amal sholeh (good Will, action) sehingga mampu untuk mewujudkan kesejahteraan sosial (social walfare) dan melakukan Pembelaan advokasi terhadap masyarakat kecil (grass root), kaum dhu’afa (kaum yang lemah secara natural), atau kaum mustad’afin (kaum yang dilemahkan oleh struktur).
Menyadari akan tanggung jawab yang diembannya, mahasiswa yang berasal dari sampang khususnya yang menempuh Studi Strata Satu(S1)-nya di IAIN Surabaya mempunyai inisiatif untuk membentuk sebuah kumpulan, atau “bahasa gaulnya” “organisasi” hal ini di lakukan untuk melebarkan sayap intelektualnya dalam forum-forum kajian dan musyawarah dan belajar dengan “alam” di samping itu adanya oraganisasi diharapakan dapat melekatkan dan memperkokoh tali persaudaran, dan bisa menampung aspirasi mahasiswa dan keluh kesah masyarakat sampang.
Himpunan mahasiswa sampang (HIMASA ) Surabaya merupakan salah satu oraganisasi daerah (ORMADA) yang dibentuk oleh mahasiswa sampang yang ada di perguruan tinggi, IAIN Sunan Ampel Surabaya. melihat intensitas dan antusiasme masyarakat sampang yang semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, khususnya di IAIN, maka mahasiswa sampang yang lebih dulu menginjakkan kakinya di IAIN mempunyai inisiatif untuk membentuk sebuah komunitas atau organisasi sebagai sebuah wadah yang bisa meyatukan Mahasiswa Sampang. Organisasi ini diharapkan menjadi tempat aspirasi-aktualiasasi mahasiswa sampang.
HIMASA adalah nama dari organisasi mahasiswa Sampang yang ada di Surabaya. Organisasi ini Berpusat di IAIN sunan ampel Surabaya. Wadah ini berdiri secara independent dalam melakukan basis kegiatan, atas dasar kesamaan nasib dan seperjuangan dari daerah yang sama (Sampang) model ini sejalan dengan teori “ASHABIYAH”nya Ibnu Khaldun”yang digunakan untuk membentuk sebuah negara. Modal kesamaan yang disebutkan diatas menjadi dasar perjuangan dan semangat untuk bekerja secara kolektif dalam mewujudkan cita-cita dan konsensus yang telah disepakati.
Paradigma yang dibangun mulai dari perumusan sampai aktualisasi kedaerahan yaitu memformulasikan segala sektor yang mempunyai peran penting untuk mewujudkan Sampang yang mempunyai sumber daya manusia yang mempunyai nilai tawar tinggi dengan daerah yang lain. Think globally, act locall, berpikir global, bertindak local.
Organisasi ini berdiri pada Tanggal 29 MEI 2007, yang dipelopori oleh mahasiswa muda untuk melakukan Aufklarung (pencerahan) dari citra yang terpuruk menuju suatu perubahan secara berkesinambungan dalam melakukan kompetisi di daerah Sampang sampai dengan ranah global dari aspek cultural, struktural dan fungsional.
Himasa merupakan ORMADA paling muda berdirinya diantara ORMADA madura yang berasal dari kabupaten yang lain. HIMASA sebagai organisasi yang dibentuk oleh mahasiswa Sampang, sebenarnya merupakan metamorfosis nama dari organisasi sebelumnya yaitu GAMAS, (Gabungan Mahasiswa Sampang) yang bediri dan survive sekitar tahun 2000-2003 dan FKMS (Forum Komunikasi Mahasiswa Sampang) yang bertahan kurang lebih 2 tahun (2004-2006).
Setelah organisasi kedaerahan yang beranggotakan mahasiswa Sampang, berganti nama dengan nama HIMASA sampai sekarang ini, perjalanan oraganisasi ini bukan tanpa masalah. ketidak kompakan, kemalasan dalam berorganisasi, kenikmatan budaya santai telah meninabobokan mahasiswa sampang sehingga dua tahun dalam perjalanannya tidak ada kemajuan yang berarti. Dari awal dibentuknya HIMASA 2007-2009 HIMASA masih dipimpin oleh satu ketua yang sama dan ini tidak sejalan dengan ad/art yang ada dalam himasa. Maka karena kegundahan, dan ketimpangan yang terjadi ini sebagian mahasiswa sampang yang menjaga idealismenya mencoba untuk membongkar status quo ini. Hingga akhirnya menghasilkan MLB (musyawarah luar biasa) yang mengagendakan pemakzulan ketua dan akan dipilih ketua baru.
Perubahan dan ketidakkonsisten nama organisasi ini merupakan cermin akan dinamisnya pemikiran mahasiswa yang sering kali merasa tidak puas terhadap apa yang didapatkannya. Di samping itu (vested intrest), kepentingan diri dan golongan juga mewarnai perjalanan oraganisasi yang di bangun atas kesamaan daerah asal dan tempat kelahiran ini.
Menurut salah satu kader Himasa, Yusuf Efendi, mantan sekretaris Himasa, yang juga pernah mengenyam asam garam ketika FKMS masih aktif. Organisasi mahasiswa sampang tidak jarang dipolitisasi atau bahkan dieksploitasi oleh oknum-oknum tertentu yang mempunyai kepentingan sehingga image oraganisasi menjadi tercemar di kalangan mahasiswa maupun di mata masyarakat dan birokrasi sampang. Organisasi mahasiswa sampang ini juga sering dijadikan ajang pelajaran menjadi politisi oleh bebreapa kadernya, ini terlihat dari waktu pemeilihan ketua dan kudeta-kedeta yang dilakukan ketika seorang ketua dianggap tidak berhasil maka bersiaplah untuk diturunkan di tengah jalan melalui proses MLB. Kasus yang terakhir ini menurut penulis sudah lumrahdan bisa dimaklumi sebagaai proses pendewasaan.
Banyaknya gejolak yang terjadi pra-pasca berdirinya HIMASA, merupakan bentuk dinamika-dialektika dalam oraganisai setingkat mahasiswa yang sering merasa haus akan ilmu penegtahuan. berbagai tuntutan dari mahasiswa muda akan kekosongan waktu untuk melakukan aktivitas yang sifatnya konstruktif. Sebagian mahasiswa dari Sampang mulai melakukan rencana untuk menyatukan semua mahasiswa dari Sampang dalam bingkai kekuatan emosi yang utuh. Kegiatan itu disosialisasikan setiap hari agar bisa dijadikan sebuah rencana untuk membangun daerah Sampang dalam beberapa aspek. Tuntutan itu membuat mahasiswa muda dari Sampang dengan ide yang inovatif, berencana untuk mendirikan sebuah organisasi daerah (ORMADA) yang berorientasi kedaerahan seperti yang tealah dijelaskan di atas.
Pada tahun 2009 tahun yang ketiga dalam fase perjalanan Himasa, para anggota melalui (MUSTANG), Musyawarah Tahunan Anggota mengusulkan agar HIMASA menjadi organisasi yang menaungi seluruh mahasiswa yang tersebar di seluruh kampus di surabaya, hal ini disepakati dan menjadi aturan baru dalam aturan keoraganisasian HIMASA. Namun, alih-alih menjadi organisasi yang menaungi mahasiswa se surabaya malah mendapatkan tantangan dari kampus lain yang mulai berimprovisasi dan beroposisi dengan mendirikan oragnisasi lain.
Berselang satu tahun kemudian, usaha penyatuan mahasiswa se surabaya itu dirasa kurang efektif dan tidak menghasilkan kemajuan yang signifikan. Akhirnya, pada Mustang berikutnya HIMASA kembali ke khittah yaitu dengan memfokuskan jangkauannya di IAIN saja dan melakukan pengkaderannya dalam lingkup IAIN saja. Namun, walaupun demikian himasa tidak menutup diri bagi teman-teman mahasiswa yang ada di surabaya untuk menimba ilmu dan bergabung dengan HIMASA.
Demikianlah, sekilas tentang sejarah berdirinya dan perajalanan HIMASA sampai waktu terkahir ini, besar harapan senior dan kader himasa supaya Mahasiswa Sampang yang ada di IAIN mampu melanjutkan Estafet dan nilai-nilai perjuangan yang hampir memudar, namun karena semangat yang masih tersisa gerak langkah maju organisasi ini mulai terbaca baik di internal kader Himasa maupun oleh Ormada yang lain. Bukti nyatanya adalah dengan terus di adakannya (PKH) pelatihan kader himasa ini.
Verba valent scripta manen,
(Perkataan Akan Cepat Hilang, Sedangkan Tulisan Akan Tetap Abadi)
 






 


 21.55
21.55

