Selasa, 27 Agustus 2013



MENCARI PEMIMIPIN IDEAL

Benarkah menjadi pemimpin merupakan idaman setiap orang? Jika diamati, dalam konteks zaman ini maka menjadi pemimpin tidak hanya menjadi idaman tapi sudah menjadi sumbu nafsu keserakahan. Untuk menjadi seorang pemimipin apapun dikorbankan. Tidak hanya harta, harkat dan martabat diri sekalipun siap digadaikan, asal kekuasaan itu bisa digenggaman tangan.
Pemimpin sangat identik dengan kekuasaan. Dengan kekuasaan seorang pemimpin bisa tunjuk kanan, tunjuk kiri menyuruh bawahan. Inilah paradigma kepemimpinan yang dianut masyarakat kita.
Padahal kepemimpinan itu hakikatnya adalah pengabdian, pengorbanan, atau bahkan penderitaan. Dalam hal ini memimpin atau menjadi penguasa bukanlah menikmati atau minta dilayani tapi memimpin adalah berbagi dan melayani. Memimpin adalah menderita (leiden is lijden) begitulah pak Agus Salim berpesan kepada kita.
Tipologi  Kepemimpinan
Menjelang pemilu  tahun 2014, isu tentang kemimpinan sangat renyah untuk dijadikan topik pembicaraan. Media massa dan lembaga survei mengangkat tema kepemimpinan untuk dipasarkan. Krisis kepemimipinan menjadi latar untuk mengangkat isu kepemimpinan ke permukaan.
Banyak nama dimunculkan. Banyak istilah digunakan untuk mengklasifikasi tipologi kepemimpinan yang diidamkan. Ada yang menyebut pemimpin muda, pemimpin tua, ada juga istilah pemimipin alternatif dan lain sebagainya.
Pertanyaan mendasar yang harus kita jawab bersama adalah pemimpin seperti apa yang sebenarnya kita idamkan itu. Pemimipin yang gagah badannya tapi kerdil nyalinya atau pemimpin muda yang menyala-nyala semangatnya tapi minim pengalaman, gagasan dan strateginya. Jika kita masih waras maka kedua tipe kepemimpin diatas pasti tidak masuk dalam kriteria.
Dalam sebuah artikelnya, Thomas koten menyebut ada dua model kepemimpinan yang pernah menghiasi pentas dunia. Yakni, pemimipin yang baik (good leader) dan pemimpin yang gagah (great leader). Tentunya good leader dan great leader adalah tipologi kepemimpinan yang berbeda.
Good leader adalah seorang pemimpin yang baik yang mau melayani, mau berkorban dan lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi serta berlaku adil dan bijaksana. Nabi Muhammad dan 4 sahabatnya, Mahatma Ghandi dan Gus Dur adalah para pemimpin dunia yang bisa dikategorikan sebagai good leader ini.
Sementara, great leader bisa diartikan sebagai seorang pemimpin yang ingin mewujudkan keinginan pribadinya tanpa mempertimbangkan kepentingan masyarakat pada umumnya. Namun sering kali pemimipin dengan karakter great leader ini selalu bersembunyi dibalik tabir untuk kepentingan bersama. Hitler, Stalin dan Napoleoan adalah para pemimipin dunia yang masuk dalam kategori ini.
Dari dua model kepemimpinan di atas, maka sebenarnya kita sedang mencari tipologi kepemimpinan yang pertama, yakni good leader. Tapi sayangnya, kita seringkali tergelincir, terpesona dan tertipu dengan gaya calon pemimpin yang tampil gagah perkasa dan sok bijaksana. Bahkan sering kali juga, kita menggadaikan cita-cita mulia hanya untuk kepentingan sementara.
Tentukan…!
Orang pintar, orang cerdas, orang hebat di negeri ini tak terhitung jumlahnya alias banyak sekali. Hitung saja berapa ribu profesornya, lain lagi jumlah doktor dan para sarjananya. Tapi mengapa, kita sangat sulit memilih satu orang saja untuk memimpin Negara ini.
Pesta demokrasi melalui pemilu 2014 nanti merupakan kesempatan bagi kita semua untuk menentukan nasib dan eksistensi bangsa ini ke depan. Oleh karena itu, marilah kita semua berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk berpartipasi dalam pemilu 2014 nanti dan memilih pemimipin yang berdiri di atas kepentingan rakyat bukan di atas kepentingan golongan.
 Dalam kondisi Negara yang semakin carut marut seperti sekarang ini sudah bukan saatnya lagi memilih pemimipin karena alasan agama, ras, suku atau ideology sekalipun. Marilah kita kedepankan hati nurani. Kita pilih pemimpin yang setia pada janji ibu pertiwi.
Bangsa ini tidak butuh pemimpin yang populis tapi butuh pemimpin spesialis. Pemimipin yang punya keahlian untuk mengangkat derajat, harkat dan martabat bangsa ini dari keterpurukan. Dan kita seluruh masyarakat Indonesia punya kewajiban untuk menentukan pemimpin yang bisa menjadi khalifah tuhan di bumi Indonesia ini.(pernah terbit di kabar madura)
 
Oleh: Siful Arifin, akademisi IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan peneliti muda di Arif Erdem foundation, Jawa Timur.

0 komentar:

Posting Komentar

SI PAUL'S LIBRARY

Foto saya
Sampang, Jawa timur, Indonesia
Seorang manusia yang akan terus belajar di kampus kehidupan tanpa batas waktu kecuali tuhan sudah merindukan

Categories

Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Recent Posts

Popular Posts

Arsip